Kamis, 07 November 2013
Karomah Habib Umar Bin Hafidz
Karomah
Habib Umar Bin Hafidz. Tamu berdatangan begitu banyak tak seperti hari
biasanya. Hal ini membuat juru masak Rubath Darul Musthafa tampak kebingungan.
Dengan
tenangnya Guru Mulia al-Habib Umar bin Hafidz, Pengasuh Rubath, masuk ke dalam
ruang dapur. Dengan sedikit menabur dan mengadukkan sesuatu ke dalam masakan
dan mendoakannya (lihat pada foto), akhirnya beliau kembali ke ruang tamu untuk
menyambut datangnya para tamu.
Subhanallah,
makanan yang sedikit itu tak kunjung habis hingga semua tamu menerima bagiannya
masing-masing.
Al-Habib Umar bin Hafidz
“Dakwah
Al-Habib Umar bin Hafidz di Afrika Dihadang oleh Singa!”
Suatu saat al-Habib Umar bin Hafidz ingin
melakukan perjalanan dakwah ke pedalaman Afrika. Ketika itu beliau ditemani
oleh seorang muallaf bernama Khomis. Khomis adalah salah satu diantara
orang-orang yang masuk Islam melalui perantara tangan al-Habib Ahmad Masyhur
bin Thaha al-Haddad dan sering membantu kegiatan dakwah beliau selama di
daerahnya.
Pedalaman Afrika yang ingin dikunjungi oleh
al-Habib Umar harus melewati hutan belantara, yang mana hutan belantara Afrika
terkenal akan hewan buasnya. Tapi dengan mantap Habib Umar bin Hafidz
memberikan isyarat untuk segera berangkat.
Dimulailah perjalanan dakwah beliau. Sebelum
masuk ke dalam hutan, beliau beserta rombongan dihentikan oleh beberapa orang
polisi yang sedang berjaga di sebuah pos dekat dengan hutan yang ingin dilalui
oleh al-Habib Umar. Mereka hendak memperingatan agar al-Habib Umar tidak
memasuki hutan karena hari sudah malam. Ditakutkan beliau dan rombongan akan
diserang oleh beberapa hewan buas yang keluar untuk mencari mangsa di saat
malam tiba.
Al-Habib Umar pun keluar dari mobil yang
ditumpanginya dan berdiri di samping mobil tersebut. Serta merta al-Habib Umar
memerintahkan seseorang untuk menggelar tikar di dekat mobil dan memerintahkan
rombongan untuk membaca Maulid al-Habsyi (Simthud Durar). Pembacaan maulid pun
dimulai. Karena para polisi yang berjaga di pos itu beragama Kristen, mereka
pun hanya bisa menonton dari kejauhan.
Setelah pembacaan maulid selesai, al-Habib
Umar mendapat isyarat untuk melanjutkan perjalan malam itu juga. Para polisi
itu tetap berusaha untuk mencegahnya, tapi al-Habib Umar bersikeras ingin
melanjutkan perjalanannya. Para polisi pun kalah argumen dan berinisiatif untuk
mengikuti al-Habib Umar dari belakang menggunakan mobil lain, takut kalau
tejadi apa-apa dengan al-Habib Umar dan rombongan.
Di tengah perjalanan hal yang dikhawatirkanpun
terjadi. Di depan mobil yang ditumpangi oleh al-Habib Umar, muncul seekor singa.
Ketika itu al-Habib Umar duduk di kursi depan. Mulailah singa itu mengitari
mobil tersebut. Walaupun demikian sang Habib tetap tenang, berbeda dengan
rombongan lain yang mulai menunjukkan rasa ketakutannya.
Tak lama kemudian singa itu berhenti di depan
jendela sebelah tempat duduk al-Habib Umar, lalu menaikkan kaki depannya ke
atas jendela. Al-Habib Umar pun tetap tenang tanpa menunjukkan rasa ketakutan
sedikitpun. Lalu beliau berkata kepada supir: “Turunkan
jendela ini!”
Supir pun menjawab dengan ketakutan: “Ya
Habib, ini singa!”
Tapi al-Habib Umar tetap ingin agar dia
menurunkan jendela tersebut. Kaca jendela pun diturunkan. Suatu kejadian
menakjubkan pun terjadi, al-Habib Umar mengajak bicara singa tersebut! “Hai
singa! Kami ini adalah utusan Rasulullah Saw.”
Kemudian al-Habib Umar mengambil sebuah pisang
dan memberikannya kepada singa itu. Singa yang biasanya makan daging, kali ini
mau memakan pisang yang diberikan al-Habib Umar. Setelah memakan pisang itu,
singa mengangguk-anggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan al-Habib Umar dan
rombongan. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tak lama kemudian al-Habib Umar
dan rombongan sampai ke tempat tujuan.
Setelah menyaksikan kejadian yang luar biasa
itu, para polisi yang sebelumnya beragama Kristen itupun ingin mengikrarkan
diri mereka untuk masuk agama Islam. Ternyata kejadian yang mereka saksikan
menjadi sebab hidayah Allah Swt. yang ingin mengembalikan mereka ke dalam
pelukan Islam.
Diculik dan diedit dari tulisan KH. Mukhlas Noer (Ketua
Ponpes Lirboyo Kediri). Kisah ini juga pernah disinggung oleh almarhum al-Habib
Mundzir bin Fuad al-Musawa.
Habib Ahmad bin Abu Bakar As - Sakran
Nasab Habib
Ahmad bin Abu Bakar As – Sakran
Habib Ahmad
bin Abu Bakar As-Sakran bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman
As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin
Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam
muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin
Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad
Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina
Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin
Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin
Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin
Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu
‘Anhum Ajma’in.
Habib Ahmad
lahir di Tarim. Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahnya. Beliau juga seorang
yang hafal alquran yang ia pelajari dari Syaikh Muhammad bin Umar Ba'alawi.
Melazimkan membaca lafadz sahadat tujuh puluh ribu kali setiap harinya. Selain
ayahnya beliau dididik oleh pamannya Syaikh Umar Muhdhar. Dari pamannya beliau
belajar ilmu fiqih, tasawuf dan ilmu hakikat. Di samping kepada pamannya Imam
Ahmad belajar kepada Sayid Muhammad bin Hasan Jamalullail, Syaikh Said
Ba'ubaid, keluarga Baqasyir dan keluarga Baharmi dan kepada saudaranya Syaikh
Abdullah Alaydrus.
Beliau mahir
dalam ilmu hadits, fiqih dan ushuluddin, rahasia nama-nama Allah, ilmu aufaq
dan huruf. Murid-murid beliau di antaranya Abu Bakar al-Adeni , sehingga beliau
berkata::Sesungguhnya Syaikh Shahabuddin al-Faqih Ahmad bin Syaikh Abu Bakar
Sakran adalah berita gembira yang sempurna dan penghulu manusia yang bersih
suci, cinta kepada amal kebajikan". Murid yang lainnya adalah Husin bin
Abdullah Alaydrus, al-Faqih Abdullah bin Abdurahman Balahij, al-Allamah
Muhammad bin Abdurahman Bilfaqih. Imam Ahmad bin Abi Bakar wafat di Lisik tahun
869 hijriyah dikuburkan di Zanbal Tarim.
Habib Ahmad
bin Abu Bakar As-Sakran wafat di Tarim tahun 869 H. Beliau dikaruniai tiga
orang anak laki-laki, bernama:
1. Muhammad
Muglaf (wafat tahun 919 H), dikaruniai dua orang anak, bernama:
a. Umar
(Abyan, Yaman, Zili' dan India)
b. Ahmad
al-Musawa (India, Malabar, Semarang, Sumatra, Seiwun)
2. Alwi
(wafat tahun 917 H di Zili'), dikaruniai seorang anak bernama:
Abu Bakar,
dan beliau dikarunia tiga orang anak laki:
a. Muhammad
(wafat di Sihir tahun 977 H, keluarganya di Aden)
b. Ahmad
c. Abdullah
(kakek Ali bin Aqil bin Abdullah bin Abi Bakar)
Ali bin Aqil
bin Abu Bakar bin Alwi bin Ahmad bin Abi Bakar al-Sakran, mempunyai tiga orang
anak laki:
a. Aqil
(keturunannya sedikit)
b. Abu bakar
(keturunannya di San'a dan Zhufar)
c.
Abdurahman, mempunyai empat orang anak laki, bernama:
i. Alwi
(kakek Aal-Munawwar di Seiwun)
ii. Syech
(kakek Aal-Saqqaf di seiwun dan Jawa)
iii.
Muhammad
iv. Abdullah
(Jawa).
3. Syaikh
Aqil bin Ahmad wafat di Tarim tahun 896 H, dikaruniai tujuh orang anak laki
a. Abu Bakar
keturunannya
terputus
b.
Abdurahman
c. Ahmad
(kakek keluarga Aqil bin Ahmad bin Aqil di Musyaqos Keluarga Umar bin Ahmad di
India, Yaman)
d. Ali,
adalah kakek dari:
i. Aal -Aqil
Habarin (Sihir, Makkah dan Tiryah)
ii. Aal
-Abdullah al-Abrasy (Rubat Zubaidi)
iii. Aal
-Abdullah bin Abdurahman (Makkah)
iv. Aal
-Abdurahman bin Muhammad (India, Bajapur, Tiryah)
v. Aal Ali
bin Muhammad (Thuryah)
e. Abdullah
(keturunannya di Badiyah, Tiryah)
f. Syech (Keluarga
Aqil bin Ahmad, di India)
g. Zein
(Keluarga Umar Quthban, di India, Benggali, Yaman dan Jawa)
Keturunan
Zein bin Aqil bin Ahmad adalah:
1. Bait
Sahal
2. Bait
Hamudah
3. Bait
Masyaikh
4. Bait
Qarmush
5. Bait
AlKahaly
6. Bait Aqil
7. Bait
AlKhasyasy
8. Bait
Muhsin
9. Bait
AlAkhsaf
10. Bait
Kadhum
11. Bait
Dahum
http://ilovehasnibiografi.blogspot.com/2012/03/habib-ahmad-bin-abu-bakar-as-sakran.html
Biografi Harun Ar-Rasyid - Pemerintahan Emas Islam
Harun
Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di
Thus, Khurasan. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan
Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad
Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang
ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.
Meski
berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga
Barmaki dari Persia (Iran). Di masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya
ibn Khalid Al-Barmak.
Era
pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai
masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi
salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.
Di masa
pemerintahannya beliau :
* Mewujudkan
keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
* Membangun
kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
* Membangun
tempat-tempat peribadatan.
* Membangun
sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
* Mendirikan
Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
* Membangun
majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang
diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.
Harun
Al-Rasyid Bukanlah Khalifah Yang Suka Foya-Foya!!
Banyak orang
meyakini bahwa khalifah Bani ‘Abbas, Harun al-Rasyid adalah seorang yang suka
hura-hura dan foya-foya, hidup dalam gelamour kehidupan.
Namun
sebenarnya, tidaklah demikian. Harun al-Rasyid amat berbeda dari kondisi
seperti itu sama sekali. Beliau adalah Abu Ja’far, Harun bin al-Mahdi, Muhammad
bin al-Manshur, salah seorang khalifah Daulah Bani ‘Abbasiah di Iraq, yang
lahir tahun 148 H.
Beliau menjadi
khalifah menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H. Beliau merupakan
khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau biasa
menunaikan haji setahun dan berperang setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah,
beliau masih sempat shalat yang bila dihitung setiap harinya mencapai seratus
rakaat hingga beliau wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ada
uzur. Demikian pula, beliau biasa bersedekah dari harta pribadinya setiap
harinya sebesar 1000 dirham.
Beliau orang
yang mencintai ilmu dan para penuntut ilmu, mengagungkan kehormatan Islam dan
membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertentangan dengan
Kitabullah dan as-Sunnah an-Nabawiyyah.
Beliau
berumrah tahun 179 H di bulan Ramadhan, dan terus dalam kondisi ihram hingga
melaksanakan kewajiban haji. Beliau berjalan kaki dari Mekkah ke padang Arafah.
Beliau
berhasil menguasai kota Hiracle dan menyebarkan pasukannya di bumi Romawi
hingga tidak tersisa lagi seorang Muslim pun yang menjadi tawanan di kerajaan
mereka. Beliau mengirimkan pasukannya yang kemudian menaklukkan benteng
Cicilia, Malconia dan Cyprus, lalu menawan penduduknya yang berjumlah 16000
orang.
Harun
al-Rasyid wafat dalam usia 45 tahun atau 46 tahun dalam perangnya di Khurasan
tahun 193 H.
Semoga Allah
merahmati Harun al-Rasyid.
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/12/biografi-harun-ar-rasyid-pemerintahan.html
Biografi ASSAYYED ABDULLAH BIN MUHAMMAD BIN ALWI ALKAFF
Seorang
sayyid yang utama beliau diberikan ALLAH karunia dari ilmu kedudukan dan harta,
dilahirkan dikota tarim (hadromawt pent.) dari kedua orangtua yang agung ayah
beliau bernama habib MUHAMMAD BIN ALWI ALKAFF termasuk orang yang berilmu
berkedudukan tingga serta memiliki banyak harta adapun ibu beliau bernama
assyarifah AISYAH BINTI ALHABIB ABIBAKR BIN MUHAMMAD BILFAQIH.
- beliau
termasuk dari pendiri JAM'IYYATULHAQ (yayasan ternama dikota tarim pent.),
beliau banyak membuat seminar ilmiyyah di jam'iyyah tersebut, selain itu beliau
juga sempat menjadi pengasuh setelah kepengasuhan Muhammad bin abdulmaula bin
tohir oleh karena itu beliau adalah pengasuh kedua di jam'iyyah, selain
mengurus program belajar mengajar beliaupun turut andil mengajar di jam'iyyah
tersebut.
- Beliau
juga termasuk dari 8 ulama yang ditunjuk sebagai pengurus madrasah ALKAFF yang
berdiri pada tahun 1351 H, setelah madrasah JAM'IYYATULHAQ sempat dihentikan
kegiatan belajar mengajar di madrasah tersebut .
- Beliau
termasuk orang yang memiliki peranan penting pada mu'tamar damainya kota
hadromawt di mukalla pada tahun 1346H,
- assayyid
ABDULLAH juga memiliki saham dalam pelebaran dan pembangunan kota TARIM beliau
dan assayyid HASAN BIN ABDULLAH memiliki tanah yang didapat dari kerajaan
sultan MUHSIN BIN GHALIB ALKHATIRI panjangnya dari gunung NU'AIR sampai gunung
yang sekarang terdapat padanya maqom dari MAULA AL'IRD yang jumlahnya mencapai
5000 riyal nimsawiyyah, assayyid ABUBAKR bin ALWI ALMASYHUR pernah memotong
luasnya tanah tersebut, sedikit dari tanah itu bisa membangun ratusan rumah
untuk penduduk kota tarim, bahkan kota tarim menjadi lebih luas terlebih bagian
utara kota tersebut menjadi teramat luas dengan jasa sang sayyid.
Beliau
sempat melakukan manasik haji ke baitillah pada tahun 1346 kemudian beliau
melanjutkan perjalanananya ke negri MESIR dan SINGAPURA pada tahun 1347H.
Pada tahun
1350H, beliau kembali hijrah keSINGAPURA kemudian ke BETAWI (Jakarta Indonesia,
pent.) dan BOGOR lalu kembali kenegri HADROMAWT..
Pada tahun
1353H beliau memutuskan untuk pindah ke SINGAPURA setelah menjual kediaman
beliau dikota TARIM, dalam kisah kepindahan beliau ke SINGAPURA ini banyak
kendala yang terjadi tidak lain adalah kesalah pahaman antara keluarga,
Assayyid
ABDULLAH amat gemar untuk berpergian keluar kota sehingga seorang ustadz
ternama MUHAMMAD BIN HASYIM pernah berkata :
Beliau
(Abdullah) memiliki kemuliaan dan semangat tinggi, yang selalu berpergian
keluar kota dan seorang cendikiawan, beliau telah mendatangi MESIR, SYAM untuk
mempelajari kota tersebut dalam strategi kebangkitan Negara dan rahasia
kemajuan kota tersebut,
Beliau
memiliki hubungan yang erat dengan para ulama dan orang yang mulia terlebih
alallamah assayyid HASAN bin ABDULLAH ALKAFF sehingga sebagian tidak segan2
menyebut beliau adalah satu2nya sahabat dekat alhabib HASAN .
Alhabib
AHMAD bin HASAN ALHADDAD pernah berkata bahwa : assayyid ABDULLAH adalah orang
yang terpilih dari keluarga alkaff.
Alhabib
alallamah ABDULLAH bin HUSAIN BILFAGIH berkata :
jika
keluarga besar alkaff semua diletakkan di telapak tangan dan ABDULLAH bin
MUHAMMAD ditelapak yang lain maka ABDULLAH bin MUHAMMAD yang akan menang.
Banyak kisah
yang menunjukkan bahwa beliau adalah insan yang berakhlak dengan akhlak para
leluhurnya keluarga besar al ba'alwiy dan disini bukan waktu yang tepat untuk
menceritakan kisah yang banyak tersebut .
Assayyid
ABDULLAH Wafat di SINGAPURA pada tanggal 1 muharram tahun 1357H yang bertepatan
pada tanggal 3 maret 1938 M, dihari wafat beliau kota tarimpun dikediaman
assayyid SHODIQ bin ABIBAKR ALKAFF dipenuhi tamu yang mengucapkan rasa
belasungkawa akan wafatnya sayyid mulia tersebut
Di BETAWI(
Jakarta) pun banyak dari masjid jami' yang mensholatkan ghaib untuk beliau
,bahkan organisasi sastra arab di kota singapura membuat acara khusus untuk
sang sayyid acara tersebut berisikan ceramah dan ucapan belasungkawa atas
wafatnya sayyid Abdullah dan Koran turjuman sempat menukil salah satu khutbah
di acara tersebut yang berjudul ( FAGID AL AKHLAQ) yang di terjemahkan oleh
keponakan beliau assayyid hasan bin seggaf alkaff didalam kitab ( addzikr al
mufid al muayyad fil hadits an alwi wa Abdullah bin Muhammad)
Ditulis oleh
ASSAYID HASAN ALKAFF
Imam Junayd ibn Muhammad Abu al-Qasim al-Khazzaz al-Baghdadi
Al-Junayd
bin Muhammad bin al-Junayd, Abu al-Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Baghdadi
al-Nahawandi al-Shafi `i (w. 298). Imam Dunia pada zamannya, Syaikh kaum Sufi
dan "Diadem dari Yang Tahu," ia menemani nya paman ibu Sari
al-Saqati, al-Harith al-Muhasibi, dan lain-lain.
Ia disebut
oleh sufi sebagai sayyid-ut Taifa yaitu pemimpin kelompok. Dia hidup dan mati
di kota Baghdad. Ia meletakkan dasar bagi "mabuk" mistisisme dalam
kontras dengan yang "mabuk Tuhan" sufi seperti al-Hallaj, Bayazid
Bistami dan Abu Sa `eed Abul-Khayr.
Abu 'Abd
al-Rahman al-Sulami menyatakan:
Ayahnya
digunakan untuk menjual kacamata. Oleh karena itu ia disebut penjual labu
(al-Qawariri). Asal keluarganya dari Nahawand, dan ia lahir dan dibesarkan di
'Iraq - itulah yang saya dengar Abu al-Qasim al-Nasrabadhi mengatakan. Dia
adalah seorang sarjana ilmu hukum (faqih), setelah mempelajari sesuai dengan metode
Abu Abu Tsaur [Ibrahim bin Khalid bin al-Yaman al-Kalbi]. Dia akan mengeluarkan
keputusan hukum di lingkaran siswa. [Sebagai mahasiswa] dia [memiliki] berada
di perusahaan (sahiba) dari Sari al-Saqati, Harith al-Muhasibi, dan Muhammad
bin 'Ali al-Baghdadi al-Qassab, dan lain-lain. Dia adalah salah satu pemimpin
rakyat dan di antara tuan mereka, yang dikenal baik oleh semua. "
Sulami
termasuk Junayd sebagai salah satu periwayat hadits berikut: Nabi berkata,
"Waspadalah terhadap kecerdasan orang percaya, karena ia melihat dengan
cahaya Allah, Swt Lalu ia membacakan [yang ayat]:. Memang dalam yang merupakan
tanda bagi mereka yang memiliki wawasan (Qur'an 15:75). "
Sulami
menyatakan bahwa Junayd mengatakan, "Kedekatan melalui ekstasi (wajd)
adalah 'dalam pengumpulan' (jam ');. Dan tidak adanya kemanusiaan melalui
pemisahan (tafriqah)"
Sulami
menyatakan bahwa Junayd digunakan untuk mengatakan
Kami tidak
belajar (lit. mengambil) tasawuf oleh wacana, bukan karena kelaparan,
meninggalkan dunia, dan pemutusan [lampiran seseorang untuk] hal-hal yang akrab
dan menyenangkan; sejak tasawuf terdiri dari kemurnian hubungan [seseorang]
dengan Allah. Dasarnya adalah di berpaling dari dunia, seperti Harith
[al-Muhasibi] mengatakan, "My self (nafs) telah berbalik dari dunia,. Jadi
saya telah menghabiskan malam saya di terjaga dan hari-hari saya rasa
haus"
Sulami
menyatakan bahwa Junayd berkata, "Barangsiapa mengenal Allah hanya dibuat
senang oleh-Nya . "
Abu Sahl al-
Su ` luki meriwayatkan bahwa sebagai anak laki-laki al- Junayd mendengar
pamannya ditanya tentang syukur , dimana ia berkata : " . Ini adalah untuk
tidak menggunakan nikmat -Nya untuk tujuan mematuhi -Nya "
Dia
mengambil fiqh dari Abu Abu Tsaur - yang dalam lingkaran dia akan memberikan
fatwa pada dua puluh tahun - dan , itu juga mengatakan , dari Sufyan al- Thawri
. Dia pernah berkata : "Allah tidak membawa ilmu tunggal di bumi diakses
orang kecuali dia memberi saya berbagi dalam pengetahuan . " Ia digunakan
untuk pergi ke pasar setiap hari , buka tokonya , dan mulai berdoa empat ratus
rak ` sebagai sampai waktu penutupan .
Di antara
ucapan tentang jalan Sufi : " . Barangsiapa tidak menghafal Al-Qur'an dan
hadits menulis tidak cocok untuk diikuti dalam hal ini Untuk ilmu kita
dikendalikan oleh Kitab dan Sunnah . "
Untuk Ibn
Kullab yang bertanya kepadanya tentang tasawwuf ia menjawab : " madzhab
kami adalah singling dari pra - kekal dari kontingen , desersi persaudaraan
manusia dan rumah , dan terlupa dengan masa lalu dan masa depan . " Ibnu
Kullab mengatakan : "Ini semacam pidato tidak bisa diperdebatkan . "
Muridnya Abu
al-' Abbas ibn Surayj akan mengatakan , setiap kali ia mengalahkan lawannya
dalam perdebatan : "Ini adalah dari berkat sittings saya dengan al- Junayd
Al -
Qusyairi berkaitan dari al - Junayd definisi berikut tasawwuf :
* "
Bukan profesi doa dan puasa , namun keutuhan payudara dan mementingkan diri
sendiri . " 1
* "
Tasawwuf berarti bahwa Allah menyebabkan Anda untuk mati untuk diri Anda dan
memberi Anda hidup di dalam Dia . "
* " Ini
berarti bahwa Anda akan semata-mata dengan Allah tanpa lampiran . "
* " Ini
adalah perang di mana tidak ada perdamaian . "
* " Ini
adalah doa bersama dengan konsentrasi batin , ekstasi bersama-sama dengan
pendengaran penuh perhatian , dan tindakan dikombinasikan dengan kepatuhan [
dengan sunnah ] . "
* " Ini
adalah tegaknya setiap cara tinggi dan penolakan setiap orang rendah. "
Ketika
pamannya memintanya untuk berbicara dari mimbar ia ditinggalkan sendiri , tapi
kemudian melihat Nabi dalam mimpinya memerintahkan dia untuk berbicara .
Ibnu Kullab
pernah bertanya al- Junayd mendikte baginya suatu definisi yang komprehensif
dari tauhid ia baru saja mendengar dia mengatakan . Dia menjawab : " Jika
saya membaca dari rekor saya akan mendikte kepada Anda . "
Mu ` The
tazili al- Ka ` bi berkata : " Mataku tidak melihat seperti itu Penulis
datang untuk mendengarkan dia untuk penguasaan linguistiknya , filsuf untuk
ketajaman pidatonya , penyair untuk kefasihan , dan sarjana kalam untuk isi .
pidatonya . "
Al - Khuldi
berkata : . " Kita tidak pernah melihat , di antara Syaikh kami , siapa
pun di antaranya ` ilm dan Hal yang datang bersama-sama kecuali al- Junayd Jika
Anda melihat Hal nya Anda akan berpikir bahwa itu lebih diutamakan daripada nya
` ilm , dan jika ia berbicara Anda akan berpikir bahwa ia ` ilm lebih
diutamakan daripada Hal nya . "
Seperti imam
Sunni dari generasinya , al- Junayd membenci perdebatan seputar keagamaan
tentang Allah dan Atribut -Nya : "Setidaknya [ bahaya ] yang terletak di
dalam kalam adalah penghapusan kagum Allah dari hati Dan ketika jantung
dibiarkan tanpa kagum Allah . , menjadi tanpa keyakinan . "
Setelah
seorang Kristen muda bertanya : " Apa arti hadits Nabi : " Waspadalah
visi orang percaya karena ia melihat dengan cahaya Allah ' ? " 2 Al -
Junayd tetap tenggelam dalam pikiran kemudian mengangkat kepalanya dan berkata
: "Kirim , untuk waktunya telah tiba bagi Anda untuk menerima Islam .
" Pemuda itu memeluk Islam di tempat.
Al - Junayd
didefinisikan Maha Mengetahui ( al- `arif ) sebagai" Ia yang menyapa
rahasia Anda meskipun Anda diam . " Ibnu al- Jauzi mengutip contoh lain
dari Kashf Junayd dalam bukunya Sifa al- Safwa :
Abu 'Amr ibn
` Alwan berkaitan : Aku pergi satu hari ke pasar al - Ruhba untuk sesuatu yang
saya butuhkan . Saya melihat prosesi pemakaman dan aku mengikutinya untuk
berdoa dengan orang lain . Saya berdiri di antara orang-orang sampai mereka
mengubur orang mati . Mataku tanpa disadari jatuh pada seorang wanita yang
diresmikan . Aku berlama-lama menatapnya . Lalu aku menahan dan mulai mengemis
pengampunan Allah Ta'ala . Dalam perjalanan pulang seorang wanita tua berkata:
" Tuanku , mengapa wajah Anda sepanjang gelap ? " Aku mengambil
cermin dan lihatlah ! wajahku telah berubah gelap . Aku memeriksa hati nurani
saya dan mencari : mana bencana menimpa saya? Aku ingat melihat Aku mengusir .
Lalu aku duduk sendirian di suatu tempat , meminta ampunan Allah dengan tekun .
Aku memutuskan untuk hidup austerely selama empat puluh hari . [ Selama waktu
itu ] pikiran datang ke hati saya : " Anda Kunjungi Syaikh al - Junayd .
" Saya melakukan perjalanan ke Baghdad . Ketika aku sampai di kamar tempat
ia tinggal aku mengetuk pintu dan mendengar dia berkata : " Ayo masuk,
wahai Abu 'Amr Anda dosa di dalam al- Ruhba dan kami meminta maaf untuk Anda di
sini di Baghdad . " 3
Al - Junayd
juga mengatakan : " Di antara tanda-tanda murka Allah terhadap hamba
adalah bahwa Dia membuatnya sibuk dengan apa yang bukan urusan dia." 5
Ibn al-
Qayyim dalam al- Fawa'id menegaskan keunggulan perjuangan melawan ego ( jihad
al - nafs ) atas semua perjuangan dan kutipan al- Junayd lainnya :
Allah
berfirman : Mereka yang telah berjuang demi kami , Kami membimbing mereka
dengan cara-cara kami ( 29:96 ) . Dia dengan demikian membuat bimbingan
tergantung pada jihad . Oleh karena itu , yang paling sempurna dari orang
-orang dari mereka yang berjuang paling demi Dia , dan yang paling wajib jihad
( afrad al - jihad ) adalah jihad melawan ego , jihad melawan keinginan , jihad
melawan setan , dan jihad melawan dunia yang lebih rendah . Siapapun perjuangan
melawan keempat , Allah akan membimbing mereka ke cara keridhaan-Nya yang
menyebabkan surga-Nya , dan siapa pun yang meninggalkan jihad , maka dia
meninggalkan bimbingan dalam proporsi nya meninggalkan jihad .
Al - Junayd
berkata : " [ Ayat ini berarti ] Mereka yang telah berjuang melawan
keinginan mereka dan bertobat demi kita , kita akan membimbing mereka dengan
cara-cara ketulusan Dan satu tidak bisa berjuang melawan musuhnya lahiriah
kecuali dia yang berjuang melawan musuh tersebut dalam hati . . Lalu siapa pun
yang diberi kemenangan atas mereka akan menang atas musuhnya . Dan barangsiapa
dikalahkan oleh mereka , musuhnya mengalahkan dia . " 6
Ibnu Abidin
terkait dalam fatwanya tentang diperbolehkannya pertemuan zikir :
Imam Dua
Grup , 7 kami menguasai al - Junayd diberitahu : " Orang-orang tertentu
memanjakan diri dalam perilaku wajd atau gembira , dan bergoyang dengan tubuh
mereka . " Dia menjawab : . . " Biarkan mereka untuk kebahagiaan
mereka dengan Allah Mereka adalah orang-orang yang sayang telah dihancurkan
oleh jalan dan yang dadanya telah terkoyak oleh usaha, dan mereka tidak mampu
menanggungnya Tidak ada dosa bagi mereka jika mereka bernapas sementara sebagai
obat bagi negara intens mereka. Jika Anda merasakan apa yang mereka rasa , Anda
akan maafkan kegembiraan mereka. " 8
Dalam Kitab
al - Fana ' ( " Kitab Pemusnahan Diri " ) al- Junayd menyatakan:
Adapun pilih
dan pilih pilih , yang menjadi alien melalui keanehan kondisi mereka -
kehadiran bagi mereka adalah kerugian , dan kenikmatan dari saksikan adalah
perjuangan . Mereka telah dihapuskan dari setiap jejak dan setiap signifikasi
yang mereka temukan dalam diri mereka atau bahwa mereka menyaksikan sendiri .
Real telah ditundukkan mereka , mereka dihapuskan , dimusnahkan mereka dari
atribut mereka sendiri , sehingga adalah Real yang bekerja melalui mereka ,
pada mereka , dan bagi mereka dalam segala hal yang mereka alami . Ini adalah Real
yang menegaskan urgensi seperti di atas mereka dan melalui bentuk penyelesaian
dan perfection
Al - Junayd
melanjutkan ziarah jalan kaki tiga puluh kali .
Dalam proses
persidangan al - Hallaj , mantan muridnya , Khalifah waktu yang diminta
fatwanya dan ia mengeluarkan fatwa ini : " Dari penampilan luar dia mati
dan kita menilai sesuai dengan penampilan luar dan Allah lebih tahu " .
Kematian
Hadhrat Junayd al- Baghdadi
Di ranjang
kematiannya ia membacakan Al-Qur'an tak henti-hentinya . Al - Jariri terkait
bahwa ia mengatakan kepadanya : " ! . O Abu al - Qasim Tempatkan diri Anda
nyaman "
Dia menjawab
: " Wahai Abu Muhammad Apakah Anda tahu siapa yang lebih membutuhkan
Qur'an pada saat ini , ketika rekor saya sedang melipat ! ? " Dia selesai
satu Khatma kemudian mulai ulang sampai dia mengucapkan tujuh puluh ayat Sura ,
lalu ia mati. Ibn ` Imad al- Hanbali mengatakan : " Jika kita berbicara
tentang jasa-jasanya kita bisa mengisi volume . "
Sebelum
kematiannya Junayd memerintahkan bahwa semua pepatah pengetahuan dikaitkan
dengannya yang orang telah ditulis harus dikubur . Ketika orang bertanya alasan
dia berkata , " Ketika orang-orang memiliki pengetahuan tentang Nabi Allah
dengan mereka , aku ingin agar aku dapat bertemu Allah Ta'ala di negara bagian
yang tetap tidak ada dikaitkan dengan saya" .
Setelah
kematiannya Syaikh Ja'far al - Khaldi melihatnya dalam mimpi . Ja'far al-
Khaldi bertanya Junayd " Bagaimana Allah Ta'ala memperlakukan Anda ?
"
Junayd
menjawab :
طاحت تلك الاشارات وغابت تلك العبارات وفنيت تلك العلوم ونفدت تلك الرسوم , وما نفعنا الا ركعات نركعها في الاسحار
"Mereka
tanda-tanda halus selesai , frase menghilang , mereka ilmu yang dimusnahkan ,
mereka ilustrasi yang terhapus dan tidak membantu kami kecuali beberapa rak `
ats yang kita digunakan untuk berdoa sebelum fajar " .
http://www.sunnah.org/history/Scholars/imam_junayd.htm
Imam Al Ghazali
Imam Al
Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka
dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah
menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya
masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah
sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya,
hendaknya mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.
Nama, Nasab
dan Kelahiran Beliau
Beliau bernama
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali
(Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy
Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al
Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah
Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam
Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al
Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi
Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu
Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan
nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi
mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya
yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat
Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang
benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan
berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah,
dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah
penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat
Al Khafaji.
Yang
dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir
dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan
kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah
dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan
memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam
Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).
Kehidupan
dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau
adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan
menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua
anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh
saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin
memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon
engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk
keduanya.”
Setelah
meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah
harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat
melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia
berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian
dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta.
Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai
penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu
keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan
dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau
berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu
enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy
Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun
bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil
pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling
mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah
semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis
dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah
nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak
yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya
Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang
yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah
nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
Imam Al
Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh
Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan
untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At
Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy
Syafi’iyah 6/195).
Beliau
mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan
penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab
Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat.
Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang
menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al
Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat
Asy Syafi’iyah 6/191).
Setelah Imam
Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul
Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau
menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul
Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan
memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat
ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan
tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan
yang sangat tinggi.
Pengaruh
Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh
filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi
celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan
filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang
disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu
atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat.
Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina.
Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam
perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab
Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’
Fatawa 6/54).
Hal ini
jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan
tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam,
cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Demikianlah
Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul,
tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu
kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan
meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun
beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran
Islam yang hakiki.
Adz Dzahabi
berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu
kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa
hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama.
Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam
hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan
akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini
merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan
seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar
A’lam Nubala 19/328).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya
dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena
itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu
Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat,
kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).
Polemik
Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan
dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia.
Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang
menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali
kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H
beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai
penggantinya.
Pada tahun
489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi
Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat
masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin
Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah).
Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan
kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah.
Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir
berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al
Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah
Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Disampaikan
juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk)
mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H.
Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud,
berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke
Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah.
Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala
6/34).
Ketika Wazir
Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta
tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di
madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke
negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau
mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang
shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul
dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa
serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.
Masa Akhir
Kehidupannya
Akhir
kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul
dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau
tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah
shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya
dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan
hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj
Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal
Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu
Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu
beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan
berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau
meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit
menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam
Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada
Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy
Syafi’iyah 6/201).
Biografi Imam Hafs [حفص]
Imam Hafsh
perawi utama Imam ‘Ashim. Riwayat Hidup Imam Hafsh. Namanya Hafsh bin Sulaiman
bin al-Mughirah, Abu Umar bin Abi Dawud al-Asadi al-Kufi al-Ghadliri al-Bazzaz.
Beliau lahir pada tahun 90 H. Pada masa mudanya beliau belajar langsung kepada
Imam ‘Ashim yang juga menjadi bapak tirinya sendiri. Hafsh tidak cukup
mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali tapi dia mengkhatamkan Al-Qur’an hingga
beberapa kali, sehingga Hafsh sangat mahir dengan Qira’at ‘Ashim.
Sangatlah
beralasan jika Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa : “riwayat yang sahih dari Imam
‘Ashim adalah riwayatnya Hafsh”. Abu Hasyim ar-Rifa’I juga mengatakan bahwa
Hafsh adalah orang yang paling mengetahui bacaan Imam ‘Ashim. Imam adz-Dzahabi
memberikan penilaian yang sama bahwa dalam penguasaan materi Qira’at, Hafsh
adalah merupakan seorang yang tsiqah (terpercaya) dan tsabt (mantap).
Sebenarnya
Imam ‘Ashim juga mempunyai murid-murid kenamaan lainnya, salah satu dari mereka
yang akhirnya menjadi perawi yang masyhur adalah Syu’bah Abu bakar bin
al-‘Ayyasy. Hanya saja para ulama lebih banyak mengunggulkan Hafsh daripada
Syu’bah. Imam Ibn al-Jazari dalam kitabnya “Ghayah an-Nihayah fi Thabaqat
al-Qurra’ ” tidak menyebutkan guru-guru Hafsh kecuali Imam ‘Ashim saja.
Sementara murid-murid beliau tidak terhitung banyaknya, mengingat beliau
mengajarkan Al-Qur’an dalam rentang waktu yang demikian lama. Di antara
murid-murid Hafsh adalah : Husein bin Muhammad al-Murudzi, Hamzah bin Qasim
al-Ahwal, Sulaiman bin Dawud az-Zahrani, Hamd bin Abi Utsman ad-Daqqaq,
al-‘Abbas bin al-Fadl ash-Shaffar, Abdurrahman bin Muhamad bin Waqid, Muhammad
bin al-fadl Zarqan, ‘Amr bin ash-Shabbah, Ubaid bin ash-Shabbah, Hubairah bin
Muhammad at-Tammar, Abu Syu’aib al-Qawwas, al-Fadl bin Yahya bin Syahi, al-Husain
bin Ali al-Ju’fi, Ahmad bin Jubair al-Inthaqi dan lain-lain.
Hafsh memang
seorang yang menghabiskan umurnya untuk berkhidmah kepada Al-Qur’an. Setelah
puas menimba ilmu Qira’at kepada Imam ‘Ashim, beliau berkelana ke beberapa
negeri antara lain Baghdad yang merupakan Ibukota negara pada saat itu.
Kemudian dilanjutkan pergi menuju ke Mekah. Pada kedua tempat tersebut, Hafsh
mendarma baktikan ilmunya dengan mengajarkan ilmu Qira’at khususnya riwayat
‘Ashim kepada penduduk kedua negeri tersebut.
Sanad Bacaan
Hafsh , Sanad ( runtutan periwayatan) Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim berujung
kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sementara bacaan Syu’bah bermuara kepada
sahabat Abdullah bin Mas’ud. Hal tersebut dikemukakan sendiri oleh Hafsh ketika
beliau mengemukakan kepada Imam ‘Ashim, kenapa bacaan Syu’bah banyak berbeda
dengan bacaannya..? padahal keduanya berguru kepada Imam yang sama yaitu
‘Ashim. Lalu ‘Ashim menceritakan tentang runtutan sanad kedua rawi tersebut.
Runtutan riwayat Hafsh adalah demikian: Hafsh - ‘Ashim - Abu Abdurrahman
as-Sulami- Ali bin Abi Thalib. Sementara runtutan periwayatan Syu’bah adalah
demikian: Syu’bah- Ashim- Zirr bin Hubaisy-Abdullah bin Mas’ud.
Secara garis
besar bisa penulis rangkum sebagai berikut :
1.Jika
dilihat dari segi materi ilmiah, maka riwayat Hafsh adalah riwayat yang relatif
mudah dibaca bagi orang yang non Arab mengingat beberapa hal :
Pertama :
tidak banyak bacaan Imalah, kecuali pada kata : (مجراها ) pada surah Hud. Hal ini berbeda
dengan bacaan Syu’bah, Hamzah, al-Kisa’i, Abu ‘Amr dan Warsy yang banyak
membaca Imalah.
Kedua :
tidak ada bacaan Shilah Mim Jama’ sebagaimana apa yang kita lihat pada bacaan
Qalun dan Warsy. Bacaan Shilah membutuhkan kecermatan bagi pembaca, mengingat
bacaan ini tidak ada tanda tertulisnya.
Ketiga :
Dalam membaca Mad Muttashil dan Munfashil, bacaan riwayat Hafsh terutama thariq
Syathibiyyah tidak terlalu panjang sebagaimana bacaan Warsy dan Hamzah yang
membutuhkan nafas yang panjang. Bahkan dalam thariq Thayyibah, yaitu yang
melalui jalur ‘Amr bin ash-Shabbah thariq Zar’an dan al-Fil bacaan Hafsh dalam
Mad Munfashil bisa Qashr (2 harakat).
Keempat :
dalam membaca Hamzah baik yang bertemu dalam satu kalimah atau pada dua
kalimah, baik berharakat atau sukun, riwayat Hafsh cenderung membaca tahqiq
yaitu membaca dengan tegas (syiddah) dengan tekanan suara dan nafas yang kuat,
sehingga terkesan kasar. Hal ini berbeda dengan bacaan Nafi’ melalui riwayat
Warsy, Qalun. Bacaan Abu ‘Amr melalui riwayat ad-Duri dan as-Susi. Bacaan Ibn
Katsir melalui riwayat al-Bazzi dan Qunbul yang banyak merubah bacaan Hamzah
menjadi bacaan yang lunak. Contohnya adalah pada Hamzah sakinah atau jika ada
dua Hamzah bertemu dalam satu kalimah atau dua kalimah. Imam Hafsh mempunyai
bacaan tashil baina baina hanya pada satu tempat saja yaitu pada kalimat : ( ءأعجمى ) pada surah Fushshilat : 44.
Kelima :
Hafsh mempunyai bacaan Isymam hanya pada satu tempat yaitu pada kata : ( لا تأمنا ) sebagaimana juga bacaan imam
lainnya selain Abu Ja’far.
Keenam:
Hafsh mempunyai bacaan Mad Shilah Qashirah hanya pada kalimat : ويخلد فيه مهانا ) ) pada surah al-Furqan: 69. Hal
ini berbeda dengan bacaan Ibn Katsir yang banyak membaca Shilah Ha’ Kinayah.
2.Jika
dilihat dari awal kemunculan bacaan ‘Ashim yaitu di Kufah atau Iraq, secara politis,
negeri Kufah (Iraq) adalah negerinya pengikut Ali (Syi’ah). Bacaan Hafsh juga
bermuara kepada sahabat Ali. Kemudian Negeri Baghdad, dimana Hafsh pernah
mengajar disini, adalah Ibukota negara (Abbasiyyah) pada masa itu, pusat
kegiatan ilmiah, sehingga penyebarannya relatif lebih mudah. Jika kemudian
Hafsh bermukim di Mekah kiblat kaum Muslimin yang banyak dihuni mukimin dari
berbagai penjuru dunia dan mengajar Al-Qur’an di sini, maka bisa dibayangkan
pengaruh bacaannya. Penulis juga melihat adanya hubungan yang cukup signifikan
antara madzhab fikih dan Qira’at. Sebagai contoh: riwayat Warsy adalah riwayat
yang banyak diikuti oleh masyarakat di Afrika Utara. Di sana madzhab fikih yang
banyak dianut adalah madzhab Maliki. Masa hidup Imam Malik adalah sama dengan
masa hidup Imam Nafi’. Keduanya di Madinah. Bisa jadi pada saat masyarakat
Afrika Utara berkunjung ke Madinah untuk haji atau lainnya, mereka belajar
fikih kepada Imam Malik dan belajar Qira’atnya kepada Imam Nafi’. Kita tahu
bahwa Hafsh pernah bermukim dan mengajar Al-Qur’an di Mekah. Imam Syafi’i juga
hidup di Mekah. Boleh jadi pada saat hidupnya kedua Imam tersebut kaum Muslimin
memilih madzhab kedua Imam tersebut. Kemudian jika kita melihat sanad bacaan
riwayat Hafsh pada guru-guru dari Indonesia, semisal sanad Kiai Munawwir
Krapyak, akan kita jumpai banyak ulama madzhab Syafi’i pada sanad tersebut,
seperti Zakariyya al-Anshari dan lain sebagainya.
3.Hafsh
mempunyai jam mengajar yang demikian lama, sebagaimana dikatakan oleh Ibn
al-Jazari sehingga murid-muridnya bertebaran di berbagai tempat. Hal ini
berbeda dengan Syu’bah yang tidak begitu lama mengajar.
4.Hafsh
dianggap sebagai perawi Imam ‘Ashim yang demikian piawai dan menguasai terhadap
bacaan gurunya. Sebagaimana diketahui Hafsh adalah murid yang sangat setia pada
‘Ashim. Mengulang bacaan berkali-kali, dan menyebarkan bacaan ‘Ashim di
beberapa negeri dalam rentang waktu yang demikian lama. Makki al-Qaisi
menyebutkan bahwa ‘Ashim mempunyai kefashihan membaca yang tinggi, validitas
sanadnya juga sangat kuat dan para perawinya juga tsiqah (sangat dipercaya).
6.Ghanim
Qadduri juga menyebutkan dengan melansir dari kitab “Tarikh Al-Qur’an” karya
Muhammad Thahir Kurdi, bahwa penulis mushaf yang sangat terkenal pada masa
pemerintahan Turki Usmani, adalah al-Hafizh Usman (w. 1110 H). Penulis ini
sepanjang hidupnya telah menulis mushaf dengan tangannya sendiri, sebanyak 25
mushaf. Dari mushaf yang diterbitkan inilah riwayat Hafsh menyebar ke seantero
negeri. Penulis melihat bagaimana hubungan antara keahlian menulis mushaf
dengan khat yang indah bisa menjadi unsur yang cukup signifikan dalam
penyebaran satu riwayat. Jika kemudian pemerintah Turki Usmani mencetak mushaf
sendiri, dan menyebarkannya ke seantero negeri kekuasaannya, maka hal itu akan
menambah pesatnya riwayat Hafsh. Dari sini penulis melihat adanya hubungan
antara kekuasaan politik dengan penyebaran satu ideologi tertentu.
7.Peranan
para qari’, guru, imam salat, dan radio, kaset, televisi, juga sangat berpengaruh
terhadap penyebaran riwayat Hafsh. Kita tahu bahwa rekaman suara pertama di
dunia Islam adalah suaranya Mahmud Khalil al-Hushari atas inisiatif dari Labib
Sa’id sebagaimana diceritakannya sendiri pada kitabnya “ al-Mushaf al-Murattal
atau al-Jam’ash Shauti al-Awwal” rekaman ini dengan riwayat Hafsh thariq
asy-Syathibiyyah. Suara yang bagus melalui teknologi yang canggih ikut
memengaruhi satu bacaan.
8.Lebih dari
penyebab lahiriah dari penyebaran riwayat Hafsh, kita tidak boleh melupakan
adanya penyebab “maknawiyyah” atau faktor “berkah” atau bisa kita katakan
faktor “x” pada diri Hafsh. Unsur-unsur spiritual seperti kesalehan,
keikhlasan, ketekunan, pengorbanan Hafsh dalam mengabdi kepada Al-Qur’an ikut
menjadi penyebab tersebarnya satu riwayat bahkan madzhab fikih atau lainnya.
Penutup. Riwayat Hafsh telah menjadi femomena tersendiri dalam penyebaran satu
riwayat dalam Qira’at.
Dalam Ilmu
Qira’at ada sepuluh Imam Qira’at yang sangat masyhur, bacaan mereka disepakati
oleh Ulama Qira’at sebagai bacaan yang mutawatir, artinya bacaan yang
betul-betul asli berasal dari nabi Muhammad dari malaikat Jibril dari Allah.
Sepuluh Imam Qira’aat tersebut ialah : 1. Nafi’ bin Abi Nu’aim al-Ashbihani. 2.
Ibn Katsir, Abdullah bin Katsir al-Makki. 3. Abu ‘Amr , Zaban bin al-‘Ala’. 4.
Ibn ‘Amir Abdullah bin ‘Amir as-Syami. 5. ’Ashim bin Abi an-Najud. 6. Hamzah
bin Habib az-Zayyat. 7. Kisa’I, Ali bin Hamzah. 8. Abu Ja’far, Yazid bin
al-Qa’qa’. 9. Ya’qub al-Hadlrami dan 10. Khalaf al-bazzar (al-Bazzaz). Setiap
Imam tersebut mempunyai banyak murid. Di antara mereka ada murid kenamaan yang
sangat mahir meriwayatkan bacaan Al-Qur’an dari imam-imam mereka atau
murid-muridnya. Dalam perjalanan waktu, dan karena seleksi ilmiah dan alamiah,
muncul nama-nama yang akhirnya dijadikan sebagai referensi yang sangat valid
dan sangat dipercaya sebagai bacaan yang merefleksikan bacaan Imam-Imam qira’at
sebagaimana di atas. Mereka yang disebut sebagai para perawi dari Imam-Imam
sepuluh adalah : 1. Nafi’ kedua perawinya : Qalun dan Warsy. 2. Ibn Katsir :
al-Bazzi dan Qunbul. 3. Abu ‘Amr : ad-Duri dan as-Susi. 4. Ibn ‘Amir : Hisyam
dan Ibn Dzakwan. 5. ‘Ashim: Syu’bah dan Hafsh. 6. Hamzah : Khalaf dan Khallad.
7. Al-Kisa’I : Abu al-Harits dan ad-Duri al-Kisa’i. 8. Abu Ja’far : Ibn Jammaz
dan Ibn Wardan. 9. Ya’qub : Rauh dan Ruwais. 10. Khalaf : Ishaq dan Idris
Sehingga lah
ilmu Qiraat ini berkembang sampai kehari ini.Pada hari ini kebanyakan umat
Islam menggunakan bacaan alQuran mengikut riwayat Hafs . Ini menunjukkan terdapat
keistemewaan dalam riwayat ini berbanding dengan riwayat-riwayat lain . Antara keistemewaan
riwayat ini ialah:
1. Sanad
Imam Hafs bersambung dengan gurunya sehingga kepada Rasulullah s.a.w.
2. Perawi- perawi
sanad Imam Hafs adalah di kalangan ulama yang muktabar dan dihormati pada zaman
mereka.
3. Khilaf
yang terdapat pada bacaan Imam Hafs adalah sedikit jika dibandingkan dengan riwayat-riwayat
lain seperti terdapat hanya satu malah, satuTashil, satu al-Raum atau
al-Isymam,empat tempat Saktah dan lain-lain
Mengikut riwayat
yang sahih beliau lahir pada tahun 90H dan meninggal pada tahun 180H.